Bagi pria, urusan celana dalam bukan sekadar soal kenyamanan. Menurut hasil riset terbaru, pilihan celana dalam pria bisa mempengaruhi kesehatan sperma kaum pria.
Dilansir Live Science, dalam riset yang dipublikasikan di jurnal Human Reproduction ini, para peneliti memaparkan bahwa celana dalam yang ketat bisa mengganggu produksi sperma.
Riset tersebut mempelajari lebih dari 600 orang pria dan menemukan bahwa mereka yang mengenakan celana dalam tipe boxer memiliki jumlah sperma yang lebih banyak dibanding mereka yang menggunakan celana dalam model segitiga atau yang ketat.
Namun demikian, riset ini tidak mempelajari efek dari mengganti model celana dalam terhadap jumlah sperma. Selain itu, para peneliti juga tidak mempelajari apakah pria yang mengenakan celana dalam ketat memiliki kemungkinan lebih rendah untuk memiliki anak.
Sementara itu, ada ahli yang mengatakan bahwa jumlah sperma yang rendah tidak selalu berarti kesuburan yang rendah juga. "Jumlah sperma seorang pria bisa bervariasi tiap minggunya," kata Sarah Vij, ahli urologi di Cleveland Clinic yang tidak terlibat dalam riset ini.
Vij mengatakan memang banyak riset mengenai kesuburan pria yang menggunakan jumlah sperma sebagai patokannya.
Namun begitu ia berpendapat bahwa riset yang menemukan hubungan antara sesuatu dengan jumlah sperma yang rendah tidak bisa dijadikan landasan kesuburan pria
Boxer atau celana dalam segitiga
Memang diketahui bahwa temperatur testikel yang tinggi memiliki pengaruh negatif terhadap produksi sperma.
Dan celana dalam yang ketat bisa menyebabkan hal tersebut. Tetapi riset-riset lain yang mempelajari efek dari model celana dalam pada fungsi testis selalu menampilkan hasil yang tidak konsisten.
Sementara itu, riset terbaru ini mempelajari hubungan antara tipe celana dalam dengan kualitas sperma.
Riset ini melibatkan 656 pria, yang kebanyakan di usia 30-an tahun, yang mengunjungi Massachusetts General Hospital untuk masalah kesuburan pada tahun 2000 hingga 2017.
Para pria tersebut diminta untuk memberikan sampel air mani dan darah. Mereka juga diminta untuk menjawab atas jenis celana dalam yang sering dikenakan.
Secara keseluruhan, 53 persen pria mengatakan mereka lebih sering mengenakan boxer.
Ditemukan bahwa masing-masing pria, yang mengenakan boxer maupun celana dalam ketat, memiliki rata-rata konsentrasi sperma yang normal, yakni sekitar 15 juta sperma per satu mililiter air mani.
Akan tetapi ditemukan bahwa pengguna boxer memiliki rata-rata konsentrasi sperma yang lebih tinggi, tepatnya sekitar 25 persen,dan punya sekitar 33 persen lebih tinggi atas jumlah sperma yang berenang per ejakulasi.
Hal yang sama tetap ditemukan meski peneliti telah menambahkan faktor lain yang bisa mempengaruhi kesehatan sperma, seperti obesitas, aktivitas fisik, kebiasaan mandi air panas, dan merokok.
Sementara pada pria yang mengenakan celana dalam ketat ditemukan adanya peningkatan hormon bernama hormon perangsang folikel atau follicle stimulating hormone (FSH), yang merangsang produksi sperma.
Para peneliti berpendapat bahwa penurunan produksi sperma memberikan sinyal ke otak untuk meningkatkan tingkat FSH untuk mengimbangi hal tersebut.
Namun diperlukan riset lain untuk mengkonfirmasi temuan ini.
Haruskah kaum pria ganti model celana dalam?
"Temuan ini menunjukkan adanya sebuah cara mudah yang bisa dilakukan pria ketika mereka dan pasangannya ingin memiliki anak," kata pemimpin riset, Lidia Mínguez-Alarcón, peneliti di Harvard T. H. Chan School of Public Health.
Namun Vij mengatakan bahwa dirinya, berdasarkan riset ini, tidak akan merekomendasikan mengganti model celana dalam ketika pria berusaha memiliki anak.
Sementara itu, direktur bagian pengobatan dan operasi reproduksi pria di Stanford University School of Medicine Michael Eisenberg, mengatakan bahwa dirinya lebih menyarankan pria untuk mengenakan celana dalam yang nyaman bagi mereka.
"Jika temuan dalam riset bisa ditemukan secara konsisten, maka saya pikir kita bisa mulai mendiskusikan cara ini dengan pasien," kata Eisenberg.
Perlu dipahami juga bahwa riset ini tidak mempelajari faktor lain yang bisa mempengaruhi temperatur testis, seperti jenis bahan celana dalam atau apakah si pria menggunakan celana ketat.
Eisenberg sendiri menyarankan untuk melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami masalah kesuburan.
Di sana bisa dilakukan evaluasi terhadap faktor risiko yang mungkin menyebabkan masalah kesuburan.
Loading...