Ulasan singkat film Si Doel the Movie
Pada 2 Agustus kemarin, film Si Doel the Movie secara serentak ditayangkan di seluruh bioskop Indonesia.
Film besutan Rano Karno ini akhirnya menjawab penantian masyarakat yang sangat menggemari sinetron Si Doel anak Betawi asli sejak puluhan tahun lalu.
Kehidupan sederhana mereka selalu menarik perhatian karena adat Betawi yang sangat kental.
Belum lagi soal cinta segitiga yang nyatanya belum usai hingga saat ini. Sungguh sebuah penantian yang barangkali nggak sia-sia, setelah kamu nonton film Si Doel the Movie.
Nah, ada baiknya, sebelum atau sesudah nonton, kamu simak review atau ulasan film Si Doel the Movie dari Hipwee Hiburan berikut ini. Cekidot!
Ulasan ini sedikit berbau bocoran alias spoiler~
Sinopsis: Hans yang meminta Doel ke Belanda untuk membawa barang pesanannya ternyata punya maksud lain, yaitu mempertemukan Doel dengan Sarah dan anak mereka
Cerita ini berawal ketika Hans, meminta Doel untuk membawakan barang-barang dari Indonesia yang akan dijualnya di festival Tong Tong Fair di Belanda.
Tapi Doel curiga kalau Hans punya maksud lain. Pun Mak Nyak juga sudah mengingatkan kalau Doel nggak usah nyari Sarah di Belanda.
Empat belas tahun lalu, Sarah pergi meninggalkan Doel. Namun Doel nggak pernah mencarinya karena nggak tahu harus ke mana.
Dan ternyata dugaan Doel benar. Hans punya maksud lain yaitu mempertemukan Doel dengan Sarah, serta anaknya yang kini sudah remaja.
Tokoh-tokoh yang dihadirkan film ini patut diapresiasi. Semangat Mak Nyak untuk terlibat dalam film meski hanya bisa berbaring meninggalkan rasa haru di hati penonton
Hal yang paling menarik dalam film ini adalah tentu saja kehadiran tokoh-tokoh lama yang masih ada saat ini.
Doel, Sarah, Zainab, Bang Mandra, Atun, dan Mak Nyang. Mereka berhasil membawa penonton pada sinetron zaman dulu.
Nggak ada yang terlalu berubah dari tokoh-tokoh ini. Bahkan Zainab yang diperankan oleh Maudy Koesnaidi seakan nggak berubah sama sekali.
Saat sosoknya muncul, banyak penonton yang bisik-bisik kalau Zainab seakan nggak bertambah tua dari belasan tahun lalu.
Kehadiran Mak Nyak juga cukup membuat haru. Semangatnya untuk tetap terlibat dalam film ini patut diacungi jempol.
Meski kini dia menderita kebutaan akibat glukoma, serta mengalami kelumpuhan sehingga hanya bisa berbaring, nggak menyurutkan keinginannya untuk tetap beradu akting dengan pemain Si Doel the Movie lainnya.
Untuk urusan akting—hampir semua pemeran memang sudah lama nggak aktif di dunia perfilman—tapi para pemeran berhasil membuktikan diri sebagai aktor.
Film ini tentu saja, juga menghadirkan tokoh-tokoh baru, seperti anak Doel dan Sarah yang bernama Abdullah, serta anak Atun dan Mas Karyo yang bernama Abi.
Kehadiran tokoh-tokoh baru inilah yang membuat film Si Doel the Movie menggambarkan kalau kehidupan mereka terus berjalan sebagaimana mestinya.
Abi yang baru pulang malam karena bermain di warnet seakan menggambarkan kehidupan anak-anak zaman sekarang, yang nggak lepas dari kemajuan teknologi.
Pun dengan tokoh yang sudah lihai memainkan smartphone, terutama Mandra yang suka selfie lalu mengirimkannya ke Atun, menunjukkan bahwa mereka juga beradaptasi dengan kemajuan zaman sekarang.
Seperti biasa Mandra dan Atun berhasil mengingatkan penonton akan kehidupan ala Betawi yang ngomongnya suka ngegas dan sarat akan ledekan serta guyonan
Yang menghidupkan film Si Doel the Movie ini justru karena kehadiran sosok Mandra. Sama seperti dulu, Mandra menjadi sosok yang ceplas-ceplos, nggak bisa menahan diri, suka ngeledekin Atun, dsb.
Setiap gerak geriknya yang menimbulkan tawa, tentu saja dengan khas betawinya, itulah yang membuat film nggak membosankan.
Sama seperti scene Mandra saat makan di sinetron masa lalu, momen saat Mandra makan di rumah Sarah juga tetap menggugah selera.
Kalau saya sih, habis menonton film ini jadi pengen makan ikan asin, pete, sama sayur asem juga. 😀
Tapi nggak bisa dimungkiri, sosok Mandra sedikit menutupi jalan cerita. Mungkin karena kerinduan kita akan kehidupan ala Betawi, sosok Mandra nggak jarang jadi fokus kita. Apalagi Doel yang jarang ngomong.
Film yang berdurasi sekitar satu setengah jam itu memang menghadirkan lebih banyak scene yang ada Mandranya.
Rano Karno yang berhasil menanggalkan image-nya sebagai pejabat, menghadirkan kembali sosok Doel yang irit ngomong dan tetap alim
Doel yang diperankan oleh Rano Karno seakan juga nggak berubah. Rano Karno berhasil menanggalkan image–nya sebagai seorang pejabat.
Dia tetaplah Doel yang irit ngomong. Dia membiarkan lawan mainnya untuk mendominasi. Doel hanya menunjukkan perasaannya lewat mimik, sorotan mata, dan gerak-geriknya.
Meski itu dirasa cukup, tapi Doel tetap bikin gemas karena masih sama seperti dulu, yang nggak bisa tegas apalagi urusan perasaan.
Film ini juga tetap menunjukkan kalau Doel masih sosok yang alim. Tetap menjalankan kewajiban di segala kondisi, seperti di pesawat misalnya, dia tetap melakukan salat dengan cara tayamum.
Dan yang masih meninggalkan penasaran: kelanjutan cinta segitiga antara Sarah, Doel, dan Zainab yang sebenarnya adalah inti film ini
Ngomongin soal inti cerita, porsi yang memperlihatkan masih adanya cinta segita antara Sarah, Doel, dan Zainab ini bisa dibilang sedikit.
Mungkin juga karena batasan durasi film. Momen saat Sarah dan Doel bertemu, nggak begitu menjelaskan bagaimana perasaan mereka masing-masing, termasuk dulu ketika Sarah pergi meninggalkan Doel.
Alangkah lebih menarik jika banyak interaksi antara Doel dengan Sarah yang membicarakan tentang hubungan mereka.
Karena penonton juga penasaran bagaimana perasaan si Doel yang sebenarnya. Scene Doel dan anaknya juga sangat sedikit. Mereka bertemu hanya tiga kali.
Sepertinya itulah yang tetap ingin dijaga dalam Si Doel the Movie. Sosok Doel yang nggak banyak bicara karena nggak ingin menyakiti perasaan wanita-wanita yang dicintainya. Dia hanya mampu berucap dalam hati.
Meski dia nggak mengutarakan bagaimana perasaannya saat ini pada Sarah, tapi bagaimana dia menjaga janjinya kepada Mak Nyak dan Zainab jadi hal penting.
Dia berjanji nggak bakal mencari Sarah kepada Mak Nyak, dan dia berjanji untuk pergi ke Belanda selama seminggu saja.
Padahal bisa saja dia mengiyakan permintaan Sarah untuk tinggal lebih lama, tapi dia menolak dan kembali sesuai dengan rencananya.
Akhir yang tetap gantung ini mungkin sengaja disuguhkan karena ingin menarik perhatian penonton lebih banyak karena akan ada film lanjutannya.
Apakah Sarah akan diceraikan Doel nanti di film selanjutnya, lalu menikahi Zainab secara hukum (karena mereka baru menikah siri) atau malah Doel ingin memiliki keduanya (meski ini pilihan yang cukup egois), kita tunggu saja!
Sumber : Hipwee.com
Loading...