Seorang ibu dan ayah harus menghadapi sebuah dilema. Mereka dihadapkan dalam pilihan sulit, di mana harus memilih salah satu dari bayi kembar mereka yang akan bertahan hidup karena mengalami penyakit langka yang disebut Chronic Granulomatous Disease (CGD).
Menurut sumber dari Shaoguan Daily, gejala penyakit ini mulai muncul ketika sebulan setelah bayi kembar ini lahir.
Awalnya, sang bayi tertua, Kang Kang mengalami kesulitan bernapas dan harus dirawat di rumah sakit melalui perawatan intensif.
Setelah itu, bayi termuda Le Le juga mengalami masalah serupa dan harus dirawat di rumah sakit yang sama.
Bayi kembar itu akhirnya didiagnosis dengan Chronic Granulomatous Disease ketika mereka berusia 5 bulan.
Apa itu Chronic Granulomatous Disease?
Chronic Granulomatous Disease atau penyakit granulomatosa kronis adalah jenis penyakit defisiensi imunitas primer, di mana suatu kelompok sel darah putih yang disebut neutrofil, gagal membentuk hidrogen peroksida yang diperlukan untuk melawan infeksi bakteri dan jamur di dalam tubuh.
Penyakit ini tergolong tidak menular dan disebabkan oleh faktor keturunan atau genetik.
Mereka yang terkena penyakit ini akan mengalami serangan infeksi berulang karena penurunan kapasitas sistem kekebalan tubuh untuk melawan organisme penyebab penyakit.
Hanya bisa menanggung biaya untuk satu anak saja
Sebenarnya, Program Donor Sumsum Cina sudah memberikan kabar gembira bahwa mereka telah menemukan donor yang cocok untuk si kembar.
Sayangnya, orang tua tersebut tidak memiliki biaya yang cukup untuk kedua anaknya, biayanya terlalu besar untuk mereka bayar.
Pasalnya, setiap transplantasi bisa menghabiskan sekitar RMB 500.000 atau sekitar lebih dari Rp 1 miliar dan total biaya perawatan bisa meningkat hingga RMB 1 juta atau sekitar Rp 2,1 miliar.
Putus asa dan patah hati, mereka akhirnya membuat keputusan yang sulit. Mereka harus memilih salah satu dari bayi mereka untuk mendapatkan transplantasi dan diselamatkan.
Sejauh ini, orang tua sang bayi kembar telah menghabiskan sekitar RMB 400,000 atau sekitar Rp 854 juta untuk perawatan bayi mereka.
Setelah meminjam uang dari teman dan kerabat, mereka tetap hanya memiliki uang untuk menyelamatkan satu bayi saja.
Internet kesempatan terakhir untuk mendapat bantuan
Tetapi Tuhan berkata lain. Pertolongan datang di tengah keputusasaan kedua orang tua tersebut.
Kabar kesulitan mereka rupanya terdengar sampai ke sebuah yayasan amal di Tiongkok, China Charities Aid Foundation For Children.
Lembaga amal yang fokus menangani anak tersebut turun tangan.
Mereka membantu melalui sebuah kampanye penggalangan dana untuk menyelamatkan kedua bayi kembar itu.
Sang ayah, Deng mengatakan, “Tuhan tidak tidur. Ia menolong bayi kembarku.
Tapi, mereka masih harus berjuang untuk bertahan hidup sampai hari transplantasi tiba.”
Sumber: kumparan.com
Loading...