Soekarno berpendapat, sebuah alat elektronik yang bernama mikrofon, bisa menjadi alat yang penting untuk menyampaikan kemerdekaan Indonesia di mata dunia.
Seperti yang dikutip dari buku 17-8-1945, Fakta, Drama, Misteri karya Hendri F. Isnani terbitan Change (2015).
Uniknya, Soekarno sempat menyebut bahwa mikrofon yang ia gunakan merupakan hasil curian dari stasiun radio milik tentara Jepang.
Dalam otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, ia berkata “Aku berjalan ke pengeras suara kecil hasil curian dari stasiun radio Jepang dan dengan singkat mengucapkan proklamasi itu,”
Ternyata, ucapan sang proklamator itu disanggah Sudiro, mantan sekretaris pribadi Menteri Luar Negeri pertama RI Achmad Soebardjo.
Menurutnya, mikrofon tersebut dibuat sendiri oleh Gunawan.
Karena kondisinya yang saat itu sedang darurat, ia pun akhirnya merancang ala kadarnya dengan alat-alat sederhana, namun berfungsi dengan baik.
Sesekali benda itu diperlihatkan karena mempunyai nilai sejarah yang tinggi.
Bahkan menurut Gunarso yang merupakan putra dari Gunawan, mikrofon tersebut pernah ditawar oleh seorang warga India, namun ditolak olehnya.
Sekjen Kementerian Penerangan Harjoto meminta mikrofon beserta kakinya tanpa versterker pada 1960, untuk diserahkan pada Soekarno saat merayakan ulang tahunnya di Tokyo, Jepang.
Sayang, harapan agar mikrofon itu disimpan di Monumen Nasional oleh sang proklamator tak terlaksana dengan baik. Hingga kini keberadaan mikrofon tersebut masih menjadi misteri.
Meskipun terlihat remeh, mikrofon proklamasi di tas ternyata memiliki kisahnya tersendiri.
Ada sebuah proses panjang dan luar biasa di balik mikrofon legendaris tersebut.
Sumber: kumparan.com
Loading...